Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

"Bagaimana Rasanya Menjadi Pemenang?"

Minggu, 13 Juli 2025 | Juli 13, 2025 WIB Last Updated 2025-07-13T17:48:15Z

"Bagaimana Rasanya Menjadi Pemenang?"

Oleh:Mulyadi,S.Pd.,C.IJ.,C.PW.,C.PS.,C.HL
CEO:NEX MEDIA

Rasanya bukan sekadar euforia. Ia adalah hening yang menyelimuti dada setelah badai usai. Seperti meneguk air bening setelah perjalanan panjang dalam dahaga. Seperti matahari pagi yang menyapu embun, hangat namun tidak membakar. Menjadi pemenang, bagi mereka yang telah teruji dalam perih dan pengorbanan, bukan soal sorakan atau selebrasi. Ia adalah momen kontemplatif—perjalanan batin yang membisikkan satu hal: "Aku tidak menyerah, dan aku tidak salah percaya."

Bagi seorang pejuang yang tak bisa dinilai dengan angka, jabatan, atau popularitas, kemenangan bukan trofi, bukan panggung, apalagi tepuk tangan. Kemenangan adalah kesaksian bahwa loyalitas, yang tak pernah dipamerkan, ternyata membawa makna. Bahwa bertahan dalam prinsip, dalam senyap, dalam keterbatasan, justru melahirkan kekuatan yang tak bisa dibeli.

Ia adalah pembuktian diri. Bahwa semua luka, semua keraguan, semua malam tanpa tidur—tak sia-sia. Ada semacam kemenangan batin yang tak bisa dijelaskan: ketika seseorang yang kerap diremehkan akhirnya berdiri tegak, bukan karena ingin dilihat, tapi karena sudah selesai dengan dirinya sendiri.

Namun kemenangan sejati selalu datang dengan catatan kaki: ia bukan garis akhir, tapi awal dari tanggung jawab yang lebih besar. Kemenangan bukan hadiah atas keberuntungan, melainkan buah dari kegigihan yang tidak goyah meski berkali-kali runtuh. Dan justru karena itulah, kemenangan tidak membuat congkak, melainkan tunduk. Karena hanya mereka yang pernah jatuh paling dalam, yang tahu caranya berdiri dengan kepala tak terlalu tinggi.

Waspadalah pada kemenangan yang memabukkan. Karena sejarah terlalu sering mencatat, betapa banyak pemenang justru runtuh setelah merayakan terlalu lama. Seorang pemenang sejati akan menaruh kemenangannya di rak hati, bukan di etalase ego. Ia tahu, jalan hidup tak pernah benar-benar selesai, dan tantangan berikutnya sudah menanti, diam-diam, di tikungan waktu.

Dan pada akhirnya, kemenangan bukan tentang mengalahkan siapa-siapa. Tapi tentang menundukkan diri sendiri—mengalahkan rasa takut, menaklukkan rasa lelah, dan tetap setia pada jalan sunyi yang diyakini sejak awal. Karena bagi para pejuang sejati, kemenangan paling mulia adalah saat mereka tetap manusia, bahkan ketika mereka bisa menjadi legenda.

×
Berita Terbaru Update