Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Masyarakat Orong Telu Tuntut Keadilan Infrastruktur: “Jangan Ada Ketimpangan dalam Pembangunan”

Kamis, 10 Juli 2025 | Juli 10, 2025 WIB Last Updated 2025-07-11T03:31:39Z

Masyarakat Orong Telu Tuntut Keadilan Infrastruktur: “Jangan Ada Ketimpangan dalam Pembangunan”

NEX MEDIA
Orong Telu, Sumbawa – 11 Juli 2025-

Gelombang aspirasi masyarakat Kecamatan Orong Telu mulai bergema dengan nada kekecewaan mendalam. Ketimpangan alokasi anggaran pembangunan infrastruktur jalan yang terjadi dalam tahun anggaran berjalan dinilai mencerminkan ketidakadilan struktural yang selama ini kerap terjadi pada wilayah-wilayah pinggiran.

Masyarakat mempertanyakan keadilan dalam pendistribusian proyek jalan, yang dinilai tidak proporsional dan tidak merefleksikan kebutuhan riil di lapangan. Ruas jalan utama Teladan–Orong Telu yang menjadi satu-satunya akses darat menuju wilayah tersebut, hingga kini belum mendapat sentuhan pembangunan signifikan.

"Jika kita bicara urgensi, seharusnya ruas Teladan–Orong Telu masuk kategori prioritas. Pembangunan jalan ke Batudulang dan Tepal memang penting, tetapi jangan sampai wilayah lain yang lebih terisolasi seperti Orong Telu terus-menerus dipinggirkan,” tegas Hendra Jaya, tokoh pemuda Orong Telu.

Ia menyebutkan, alokasi anggaran untuk dua ruas jalan besar ke Batudulang–Tepal dan Tepal–Baturotok mencapai sekitar Rp283 miliar, sementara jalan Lenangguar–Teladan yang menjadi jalur utama menuju Orong Telu hanya memperoleh sekitar Rp29 miliar.

Kondisi fisik ketiga ruas jalan pun dinilai relatif setara. Jalan Batudulang–Tepal dan Teladan–Kelawis memiliki tantangan geografis serupa dengan Lenangguar–Teladan. Oleh karena itu, masyarakat menuntut agar akses ke Orong Telu mendapatkan perlakuan yang sama dan adil dalam perencanaan pembangunan.

“Kami sudah cukup bersabar. Jangan biarkan muncul kesan bahwa pembangunan hanya untuk wilayah yang dianggap ‘elit geografis’. Orong Telu adalah bagian integral dari Kabupaten Sumbawa. Akses jalan kami sangat vital, bukan hanya untuk mobilitas warga, tapi juga distribusi hasil pertanian, ekonomi, dan pelayanan publik,” ujar Hasbianto, S.Pd, tokoh masyarakat Orong Telu.

Ia menambahkan, masyarakat saat ini sedang mengorganisir langkah kolektif untuk menyuarakan aspirasi melalui mekanisme formal. Salah satunya adalah dengan menyampaikan surat resmi kepada Bupati Sumbawa, sekaligus permohonan audiensi terbuka agar suara masyarakat dapat didengar secara langsung oleh para pengambil kebijakan.

“Kami tidak sedang meminta keistimewaan. Kami hanya menuntut keadilan. Tahun depan, Orong Telu harus masuk dalam skala prioritas pembangunan jalan,” tegas Hasbianto.

Data dan Realita Ketimpangan

Berdasarkan data resmi yang telah beredar di berbagai kanal informasi publik, berikut rincian panjang dan alokasi anggaran pembangunan jalan tahun 2025:

Batudulang–Tepal: 27,4 km (18,7 km sudah dikerjakan, 8,7 km lanjutan)


Tepal–Baturotok: 11 km (dengan 6 jembatan besar)


Lenangguar–Teladan: 7,4 km (baru 1,6 km tertangani)


Jika dikalkulasi, dua ruas ke Batudulang dan Baturotok menyerap lebih dari 86% anggaran, sedangkan ruas menuju Orong Telu hanya sekitar 9%, menyisakan ketimpangan serius dalam distribusi sumber daya.

Perspektif Pembangunan Berkeadilan

Keluhan warga Orong Telu bukan sekadar gugatan lokal, melainkan cerminan dari isu yang lebih luas: pemerataan pembangunan berbasis keadilan wilayah. Ruas jalan menuju Orong Telu bukan hanya proyek infrastruktur, melainkan simbol dari hadir atau tidaknya negara di wilayah-wilayah yang secara historis kerap dipinggirkan.

"Pembangunan jalan bukan sekadar urusan teknis dan betonisasi. Ia adalah wujud kehadiran dan keberpihakan negara pada daerah-daerah tertinggal. Jangan sampai kami terus berada di sudut peta yang dilupakan,” pungkas Hendra Jaya.

Catatan Penutup

Sorotan tajam dari masyarakat Orong Telu ini selayaknya menjadi alarm moral bagi para pengambil kebijakan, baik di tingkat daerah maupun provinsi. Perencanaan pembangunan ke depan harus mengedepankan prinsip keadilan spasial, tanpa diskriminasi wilayah. Suara dari Orong Telu adalah panggilan untuk mewujudkan pembangunan yang benar-benar inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

“Jangan ada anak kandung dan anak tiri dalam pembangunan. Sumbawa harus membangun dari pinggiran, bukan hanya dari pusat-pusat yang sudah mapan.”


CEO – NEX MEDIA
Mulyadi, S.Pd., C.IJ., C.PW., C.PS., C.HL

×
Berita Terbaru Update