Di era keemasan Islam di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab, ada seorang sahabat yang dikenal karena kecerdasan dan ketajaman pikirannya, Muwaid. Ia bukan hanya seorang yang fasih dalam berbicara, tetapi juga memiliki pemikiran tajam dalam memahami hukum dan strategi pemerintahan.
Suatu ketika, dalam sebuah majelis, Umar bin Khattab menghadapi persoalan pelik yang membutuhkan keputusan cepat dan tepat. Para sahabat yang hadir menyampaikan pandangan mereka, tetapi belum ada yang mampu memberikan jawaban yang benar-benar memuaskan. Saat itulah Muwaid angkat bicara. Dengan tenang, ia mengurai masalah tersebut dari berbagai sudut pandang, menyajikan dalil-dalil yang kuat, serta memberikan solusi yang tidak hanya adil tetapi juga bijaksana.
Umar yang dikenal sebagai pemimpin tegas dan cerdas pun mengakui kecerdasan Muwaid. Ia berkata, "Andaikan ada sepuluh orang seperti Muwaid dalam pasukan kita, maka kita tidak akan pernah kalah dalam perundingan maupun pertempuran."
Kecerdasan Muwaid tidak hanya terlihat dalam urusan hukum dan strategi, tetapi juga dalam kemampuannya membaca situasi sosial. Ia mampu memahami kebutuhan masyarakat, memberikan nasihat yang tepat, dan menyelesaikan sengketa dengan penuh kebijaksanaan.
Ketajaman pikirannya menjadi salah satu pilar yang membantu Umar dalam menegakkan keadilan di masa pemerintahannya. Hingga kini, kecerdasan Muwaid menjadi teladan bahwa ilmu dan kebijaksanaan adalah dua hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang adil.
Penulis:Myd