Berteman, Menghimpun Energi — Catatan dari Perjalanan Politikku
Oleh: Mulyadi, S.Pd, C.IJ, C.PW, C.PS, C.HL
Aktivis Muda dan Pemerhati Sosial
Dalam medan politik yang penuh dengan dinamika dan kejutan, saya belajar satu hal penting: kekuatan tidak selalu lahir dari struktur atau sistem, tapi dari relasi manusia yang tulus. Bagi saya, berteman adalah menghimpun energi. Energi yang bukan hanya membangkitkan semangat, tapi juga menjaga nurani tetap menyala.
Sebagai seorang aktivis muda yang banyak bersentuhan dengan berbagai lapisan masyarakat, saya sering menemukan bahwa kekuatan politik yang sejati justru dibangun dari hubungan yang sederhana namun jujur—dari sahabat seperjuangan, dari relawan yang bekerja tanpa pamrih, hingga dari warga yang menyapa saya dengan cerita kecil namun penuh makna.
Pertemanan itu menjadi tempat saya pulang. Di sana saya belajar untuk tidak silau oleh jabatan, tidak terjebak dalam ilusi pencitraan, dan tetap berjalan dengan keyakinan. Dalam politik yang kadang kering oleh intrik dan transaksionalitas, pertemanan menjadi sumur yang memulihkan.
Saya tidak pernah menganggap teman sebagai alat. Mereka adalah cermin, yang kadang memantulkan kelemahan saya sendiri. Tapi justru dari sana saya menemukan ruang untuk tumbuh. Sebuah kritik dari teman yang peduli lebih berarti daripada seribu pujian dari orang yang hanya numpang nama.
Energi dari pertemanan ini saya bawa dalam setiap program sosial, setiap dialog warga, dan setiap mimbar perjuangan. Karena saya percaya, politik yang tidak berakar pada relasi yang sehat hanya akan melahirkan kebijakan yang hampa. Sementara politik yang tumbuh dari kepercayaan dan pertemanan akan lebih tahan lama dan membumi.
Hari ini, saat banyak orang menganggap pertemanan sebagai strategi, saya justru ingin merawatnya sebagai sumber kekuatan moral dan spiritual. Karena saya tahu, kelak ketika sorak sorai berhenti, dan spotlight politik meredup, yang tersisa adalah sahabat-sahabat yang tetap tinggal—mereka yang sejak awal tak pernah pergi.