Tana Samawa Menyaksikan Sejarah: Air Mata dan Doa di Balik Gelar Kehormatan Adat”
Di bawah langit Sumbawa yang teduh, diiringi semilir angin yang membawa harum tanah leluhur, gema doa dan haru membalut sebuah peristiwa yang tak sekadar seremoni. Ini adalah momen sakral, saat adat dan pemerintahan bersatu dalam ikatan luhur: Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat kepada para pemimpin negeri.
Ir. H. Syarafuddin Jarot, M.P., kini disematkan sebagai Dea Pati Kanadi Ling Samawa. Tidak hanya sebagai Bupati, tetapi sebagai anak adat yang diakui, dicintai, dan diangkat dalam martabat budaya. Di sisinya, Drs. H. Mohamad Ansori,tidak hanya sebagai Wakil Bupati Sumbawa tetapi sebagai Wakil Dea Pati Kanadi Ling Samawa, menguatkan sinergi yang dilandasi nilai-nilai kearifan lokal.
Di hadapan leluhur, Nanang Nasiruddin, S.A.P., M.M.Inov., H.M. Berlian Rayes,S.Ag., M.M.Inov., Gitta Liesbano, S.H., M.Kn., dan Zulfikar Demitry, S.H., M.H.—pimpinan DPRD Kabupaten Sumbawa—dianugerahi gelar sebagai Dea Busing Kalanis Ling Samawa beserta para Wakilnya. Mereka bukan lagi sekadar wakil rakyat, tapi pemangku kehormatan budaya, penyangga peradaban, dan penjaga warisan.
Tangis haru pecah di antara senyapnya adat. Baju adat yang membalut tubuh mereka bukan hanya lambang, tapi janji. Bahwa dalam setiap keputusan dan langkah mereka, ada darah Samawa yang mengalir, ada adat yang dijunjung, dan ada masa depan yang diwariskan.
Hari ini, Tana Samawa menulis sejarahnya sendiri—bukan di kertas, tapi di hati warganya. Satu per satu pemimpin diangkat, bukan hanya oleh suara rakyat, tapi oleh restu adat dan leluhur. Karena di Sumbawa, kekuasaan tanpa adat adalah hampa. Dan adat tanpa pemimpin yang setia adalah luka.
Selamat kepada para penerima Gelar Kehormatan Adat. Semoga titah adat ini menjadi lentera dalam setiap langkah pengabdian. Karena negeri ini, tidak hanya butuh pembangunan, tapi juga peradaban.
Penulis:Mulyadi,S.Pd,C.IJ,C.PW,C.PS,C.HL