Wabup Sumbawa Tegas Perjuangkan Petani Jagung: “Saya Berkantor di Lapangan”.
Sumbawa Besar – Pagi itu, ketika embun belum sepenuhnya sirna dari dedaunan ladang, jerit pilu petani jagung di Kabupaten Sumbawa telah lebih dulu menggema. Mereka bukan mengemis janji, tapi menuntut kepastian—bahwa hasil panen mereka akan dihargai, bukan dibiarkan membusuk tanpa arah.
Kondisi ini menggerakkan Wakil Bupati Sumbawa, Drs. H. Mohamad Ansori. Dengan langkah tegas, ia menyambangi Kantor Bulog Cabang Sumbawa, bukan semata sebagai pejabat, melainkan sebagai ayah yang mendengar jerit tangis anak-anaknya. Di hadapan Kepala Bulog, Zuhri Hanafi, Wabup Ansori menyampaikan kegelisahan para petani dengan nada tegas namun bersahaja.
“Sudah sejauh mana kesiapan kalian menyerap hasil jerih payah rakyatku?” tanyanya lugas.
Jawaban Zuhri mengejutkan: dana siap, tapi kapasitas gudang terbatas. Seolah negeri ini kekurangan ruang untuk menyimpan hasil kerja keras para petani—sebuah ironi di tengah melimpahnya panen.
Menanggapi hal itu, Wabup Ansori tak sekadar menampung alasan. Ia menegaskan komitmennya untuk mengawal langsung penyerapan jagung rakyat. “Kalau perlu, saya akan berkantor di lapangan. Saya ingin lihat langsung, siapa yang sungguh-sungguh bekerja, dan siapa yang hanya berpura-pura,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, Ansori juga mengeluarkan peringatan keras kepada para pelaku usaha yang coba bermain di atas penderitaan rakyat.
“Jika ada pengusaha yang bermain-main dengan nasib petani, saya sendiri yang akan mencabut izinnya. Tidak boleh ada pengkhianatan terhadap keringat rakyat,” tegasnya.
Kehadiran Wabup di tengah keresahan petani menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah tidak menutup mata. Di ladang-ladang itu, jagung berdiri tegak bersama harapan petani yang kini merasa benar-benar diperjuangkan.
Myd(NM)