Jadi Pemimpin Jangan Seperti Pohon Pisang
Dalam tradisi lokal, pohon pisang kerap dimaknai sebagai simbol kesederhanaan karena tumbuh di mana saja. Namun, ketika perumpamaan ini ditarik ke ranah kepemimpinan, ia menghadirkan ironi: pohon pisang punya jantung, tetapi tidak punya hati.
Perumpamaan ini memberi pesan mendalam. Pemimpin yang hanya berbekal “jantung” tanpa “hati” mungkin mampu melahirkan banyak keputusan, tetapi keputusan itu sering kering dari rasa kemanusiaan. Ia tampak produktif, mengeluarkan kebijakan satu demi satu, namun kehilangan sentuhan empati yang seharusnya menjadi inti dari kepemimpinan.
Kepemimpinan sejati bukan sekadar soal menghasilkan kebijakan, melainkan tentang menghadirkan kebijakan yang hidup dan bernapas bersama rakyatnya. Hati menjadi kompas moral: ia yang membuat seorang pemimpin mampu memahami derita orang kecil, mendengar suara yang lirih sekalipun, dan mengorbankan kepentingan diri demi kebaikan bersama.
Tanpa hati, pemimpin hanya akan menjadi simbol kosong—besar pada tampilan, tetapi rapuh pada makna. Maka, pesan sederhana dari peribahasa tentang pohon pisang ini menuntun kita pada inti kepemimpinan: bukan berapa banyak kebijakan yang lahir, melainkan seberapa dalam kebijakan itu menyentuh nurani manusia.
CEO:Nex Media
Mulyadi,S.Pd.,C.IJ.,CPW.,C.PS.,C.HL