Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Ketika Pemimpin Lebih Percaya Lawan daripada Timnya

Senin, 08 September 2025 | September 08, 2025 WIB Last Updated 2025-09-08T11:05:09Z

Ketika Pemimpin Lebih Percaya Lawan daripada Timnya

Dalam dunia politik, ada satu hal yang jauh lebih mahal daripada modal kampanye: kepercayaan. Ia adalah energi tak kasat mata yang menyatukan pemimpin dengan tim, sekaligus menjadi perekat antara janji dengan realitas kekuasaan.

Namun, sejarah dan kenyataan kerap menunjukkan paradoks. Tidak sedikit pemimpin yang setelah berkuasa justru lebih percaya kepada lawan ketimbang tim yang mengantarkannya meraih kemenangan. Fenomena ini bukan sekadar kesalahan strategi, melainkan tanda awal kehancuran.

Tim sebagai Pondasi

Tim politik bukan hanya alat kemenangan sesaat. Mereka adalah saksi perjalanan panjang yang penuh risiko, caci maki, bahkan pengorbanan yang tidak pernah dicatat sejarah. Keberadaan mereka bukan sekadar "pendukung," melainkan benteng yang menjaga legitimasi dan moralitas kepemimpinan.

Ketika tim mulai kehilangan ruang, lalu dilihat sekadar beban, maka yang runtuh pertama kali bukanlah kursi jabatan, melainkan fondasi kepercayaan. Dan tanpa fondasi itu, kepemimpinan akan mudah diguncang oleh isu, fitnah, dan permainan lawan.

Ilusi dari Lawan

Lawan politik bisa saja datang membawa senyum, seolah menawarkan solusi dan jalan keluar. Tetapi dalam politik, tidak ada kepentingan yang bebas dari agenda tersembunyi. Mempercayai lawan lebih dari tim sendiri ibarat menyalakan pelita di tengah badai—cahayanya hanya sesaat, lalu padam bersama hempasan angin.

Seorang pemimpin yang terseret ilusi lawan sebenarnya sedang menggali jurang kekalahannya sendiri. Ia melupakan prinsip dasar: bahwa loyalitas lahir dari perjuangan bersama, bukan dari kompromi sesaat dengan mereka yang pernah berseberangan.

Pesan untuk Pemimpin

Rakyat pun membaca. Jika seorang pemimpin tega menyingkirkan orang-orang yang berjuang bersamanya, bagaimana mungkin ia bisa diharapkan setia kepada rakyat yang memilihnya? Pertanyaan ini perlahan akan menjelma menjadi keraguan publik, lalu berubah menjadi kehilangan legitimasi.

Sejatinya, kepemimpinan adalah seni menjaga kepercayaan. Ia bukan sekadar tentang siapa yang didengar, melainkan kepada siapa hati dipertaruhkan. Saat pemimpin melupakan timnya, saat itulah rakyat mulai menimbang ulang, apakah ia masih layak dipercaya.

CEO:NEX MEDIA

Mulyadi,S.Pd.,C.IJ.,C.PW.,C.PS.,C.HL

×
Berita Terbaru Update