Manusia Seperti Buku: Antara Sampul dan Isi
Oleh:CEO NEX Media
Mulyadi,S.Pd.,C.IJ.,C.PW.,C.PS.,C.HL
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia kerap diibaratkan seperti sebuah buku. Ada yang memikat perhatian karena sampulnya indah, namun isinya mengecewakan. Ada pula yang tampil sederhana di luar, tetapi menyimpan kedalaman makna di dalamnya. Analogi ini mengingatkan kita pada ungkapan klasik: “Don’t judge a book by its cover”—jangan menilai hanya dari apa yang terlihat di permukaan.
Fenomena sosial menunjukkan bahwa penampilan kerap menjadi alat untuk membangun persepsi. Orang yang tampak baik bisa saja menyimpan kepalsuan, sementara mereka yang terlihat keras justru menyimpan ketulusan dan kemuliaan hati. Di sinilah pentingnya kebijaksanaan dalam menilai: tidak tergesa-gesa, tidak terjebak pada ilusi, dan berusaha memahami substansi di balik penampilan.
Sebagai manusia modern yang hidup di tengah derasnya arus informasi dan pencitraan, kita ditantang untuk lebih kritis. Jangan mudah terkecoh oleh penampilan luar, apalagi oleh simbol-simbol yang sengaja dipoles untuk menutupi kelemahan. Pada akhirnya, kualitas sejati seseorang hanya bisa terbaca melalui sikap, tindakan, dan konsistensi, bukan sekadar dari tampilan luar yang rapih atau menarik.
Pesan moralnya jelas: berhentilah menilai hanya dari kulit luarnya. Sama seperti buku, manusia layak dibaca lebih dalam—hingga kita benar-benar memahami isi yang tersembunyi di balik sampulnya.