Pengeritik Adalah Sahabat Sejati, Pemuja Justru Musuh dalam Selimut
CEO:NEX Mèdia
Mulyadi,S.Pd.,C.IJ.,C.PW.,C.PS.,C.HL
Dalam perjalanan hidup, baik dalam ruang kepemimpinan, perjuangan intelektual, maupun dinamika sosial, manusia tak pernah lepas dari dua kelompok: mereka yang mengkritik dan mereka yang memuji. Kritik seringkali dianggap menyakitkan, seolah meruntuhkan kepercayaan diri atau menodai citra diri. Namun, sesungguhnya, para pengeritik adalah cermin jujur yang menyingkap kelemahan dan memberi jalan perbaikan.
Kritik adalah vitamin bagi akal sehat. Ia melatih jiwa untuk tetap rendah hati, waspada, dan tidak larut dalam kesombongan. Seorang pemimpin yang mau mendengar kritik akan terhindar dari jebakan kekuasaan yang meninabobokan. Ia akan lebih dekat dengan kebenaran, karena kebenaran tak lahir dari tepuk tangan semata, melainkan dari keberanian menerima kekurangan diri.
Sebaliknya, pemuja dan pemuji sering kali menjadi racun yang manis. Mereka hadir dengan sanjungan, tetapi di balik itu ada jebakan yang berbahaya. Pemuji membuat seseorang merasa sempurna, padahal manusia hakikatnya rapuh dan penuh keterbatasan. Pemuja membuat seorang tokoh kehilangan daya kritis terhadap dirinya sendiri, membangun tembok ilusi yang pada akhirnya menjebloskan ke dalam jurang keangkuhan.
Maka benarlah ungkapan: "pengeritik itu kawan setiamu, sedangkan pemuja dan pemuji adalah orang yang akan menjerumuskanmu sekaligus akan menjadi musuhmu." Kritik adalah tanda kepedulian, sedangkan pujian yang berlebihan adalah jalan menuju kehancuran.
Di sinilah pentingnya membangun kesadaran baru: belajarlah mencintai kritik dan jangan pernah terlena oleh pujian. Sebab di balik kata-kata tajam para pengeritik, tersimpan niat untuk menyelamatkan. Sementara di balik senyum manis para pemuji, bisa saja tersembunyi niat untuk menjerumuskan.